Jeritan perang di Jalur Gaza kembali mengundang duka mendalam. Serangan udara yang diduga kuat dilancarkan oleh militer Israel menghantam satu-satunya kompleks Gereja Katolik yang tersisa di wilayah tersebut, yaitu Holy Family Compound (Kompleks Gereja Keluarga Kudus).
Insiden yang terjadi pada Kamis pagi (18/7) ini menewaskan dua orang dan menyebabkan beberapa lainnya mengalami luka-luka. Ledakan keras mengguncang kawasan itu, memicu gelombang kecaman dari berbagai kalangan internasional yang mengecam serangan brutal terhadap tempat ibadah dan warga sipil.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Patriarkat Latin Yerusalem, serangan tersebut secara langsung dikonfirmasi menghantam kompleks gereja Katolik yang menjadi simbol keberadaan umat Nasrani di Gaza. Patriarkat menyebut tindakan itu sebagai “pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional” dan menyerukan dihentikannya kekerasan terhadap tempat suci dan masyarakat tak bersenjata.
Holy Family Compound merupakan tempat perlindungan terakhir bagi umat Katolik yang tersisa di Gaza. Serangan ini bukan hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga memperdalam luka emosional dan spiritual masyarakat yang sudah bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang konflik.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari otoritas militer Israel terkait insiden ini. Namun, gelombang kecaman terus berdatangan dari berbagai organisasi kemanusiaan dan pemimpin agama dunia, yang mendesak adanya perlindungan terhadap situs-situs keagamaan dan warga sipil di wilayah konflik.
PBB dan organisasi hak asasi manusia juga telah menyerukan penyelidikan mendalam atas serangan ini dan menekankan pentingnya menghormati hukum humaniter internasional dalam setiap operasi militer.